• SMA PLUS PESANTREN AMANAH
  • Islami Berdayasaing dan Berkeunggulan

Nikmat Keterbatasan Ilmu Menurut Quran dan Sunnah

Pendahuluan

Sebagai makhluk ciptaan Allah SWT, manusia dianugerahi akal dan pikiran yang memungkinkan mereka untuk terus-menerus menggali dan memperluas pengetahuan. Namun, di balik anugerah ini, terdapat keterbatasan ilmu yang dimiliki oleh manusia. Keterbatasan ilmu ini seringkali dianggap sebagai suatu kekurangan, padahal jika disikapi dengan benar, ia dapat menjadi nikmat yang luar biasa.

Dalam ajaran Islam, konsep tentang keterbatasan ilmu manusia ini sangat jelas disampaikan dalam Alquran dan Sunnah. Pemahaman yang benar tentang nikmat keterbatasan ilmu ini akan membantu kita untuk bersikap rendah hati, selalu haus akan ilmu, dan senantiasa mengagungkan kebesaran Allah SWT.

Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi pandangan Islam tentang nikmat keterbatasan ilmu, disertai dengan contoh-contoh yang relevan dari Alquran dan Sunnah. Diharapkan, pembahasan ini dapat menambah wawasan kita dan menumbuhkan rasa syukur atas anugerah yang telah diberikan oleh Allah SWT.

Keterbatasan Ilmu Manusia dalam Alquran

Alquran sebagai pedoman hidup umat Islam, dengan tegas menyatakan bahwa pengetahuan manusia sangatlah terbatas. Beberapa ayat Alquran yang menjelaskan tentang hal ini antara lain:

  1. Surat Al-Isra' ayat 85 "Dan mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang roh. Katakanlah: 'Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit.'"

Ayat ini menjelaskan bahwa manusia hanya diberi pengetahuan yang sedikit, sementara banyak hal yang masih menjadi misteri dan hanya diketahui oleh Allah SWT.

  1. Surat Luqman ayat 34 "Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal."

Ayat ini menegaskan bahwa banyak hal yang hanya Allah SWT yang mengetahuinya, seperti kapan Hari Kiamat terjadi, apa yang ada di dalam rahim, apa yang akan terjadi di masa depan, dan di mana seseorang akan meninggal dunia.

  1. Surat Al-Baqarah ayat 255 "Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup Kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan apa yang di bumi. Siapakah yang dapat memberi syafaat di sisi-Nya tanpa izin-Nya? Dia mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi-Nya meliputi langit dan bumi. Dan Dia tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Dia Maha Tinggi lagi Maha Besar."

Ayat ini menegaskan bahwa hanya Allah SWT yang memiliki pengetahuan yang sempurna, sementara manusia hanya mengetahui apa yang dikehendaki oleh Allah SWT.

Dari ayat-ayat di atas, kita dapat melihat bahwa Alquran dengan tegas menyatakan keterbatasan ilmu manusia. Hal ini bukan untuk merendahkan manusia, melainkan untuk mengingatkan kita akan kebesaran dan keagungan Allah SWT, serta mendorong kita untuk senantiasa belajar dan mencari ilmu.

Keterbatasan Ilmu Manusia dalam Sunnah

Selain dalam Alquran, konsep tentang keterbatasan ilmu manusia juga banyak ditemukan dalam hadits-hadits Nabi Muhammad SAW. Berikut beberapa contoh hadits yang berkaitan dengan hal ini:

  1. Hadits Riwayat Muslim Nabi Muhammad SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah tidak mengangkat ilmu dengan cara mencabutnya dari hamba-hamba-Nya, tetapi Dia mengangkat ilmu dengan cara mewafatkan para ulama, sehingga jika tidak ada lagi ulama, manusia akan menjadikan orang-orang bodoh sebagai pemimpin. Mereka akan ditanya dan mereka pun memberi fatwa tanpa ilmu, sehingga mereka sesat dan menyesatkan."

Hadits ini menjelaskan bahwa ilmu pengetahuan yang dimiliki manusia sangatlah terbatas, sehingga jika para ulama yang memiliki ilmu pengetahuan yang luas sudah tidak ada lagi, maka orang-orang bodoh akan menjadi pemimpin dan memberikan fatwa tanpa didasari ilmu yang memadai.

  1. Hadits Riwayat Bukhari Nabi Muhammad SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah tidak akan mengambil ilmu dengan cara mencabutnya dari hamba-hamba-Nya, tetapi Dia mengambil ilmu dengan cara mewafatkan para ulama, sehingga jika tidak ada lagi ulama, manusia akan menjadikan orang-orang bodoh sebagai pemimpin. Mereka akan ditanya dan mereka pun memberi fatwa tanpa ilmu, sehingga mereka sesat dan menyesatkan."

Hadits ini memiliki makna yang serupa dengan hadits sebelumnya, yaitu menegaskan bahwa ilmu pengetahuan manusia sangat terbatas, sehingga jika para ulama yang memiliki ilmu pengetahuan yang luas sudah tidak ada lagi, maka orang-orang bodoh akan menjadi pemimpin dan memberikan fatwa tanpa didasari ilmu yang memadai.

  1. Hadits Riwayat Tirmidzi Nabi Muhammad SAW bersabda, "Sesungguhnya ilmu itu diperoleh dengan belajar, dan kesabaran dalam belajar itu adalah suatu kebaikan."

Hadits ini menjelaskan bahwa ilmu pengetahuan diperoleh melalui proses belajar yang membutuhkan kesabaran. Hal ini menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan manusia tidak diperoleh dengan mudah, melainkan melalui usaha yang gigih dan berkelanjutan.

Dari hadits-hadits di atas, kita dapat melihat bahwa Nabi Muhammad SAW juga menekankan tentang keterbatasan ilmu pengetahuan manusia. Beliau mengajarkan kepada umatnya agar senantiasa rendah hati, tekun belajar, dan tidak menyombongkan diri atas ilmu yang dimiliki.

Nikmat Keterbatasan Ilmu Menurut Alquran dan Sunnah

Meskipun keterbatasan ilmu manusia seringkali dianggap sebagai suatu kekurangan, namun dalam pandangan Islam, hal ini justru merupakan suatu nikmat yang luar biasa. Berikut beberapa alasan mengapa keterbatasan ilmu dapat menjadi nikmat:

  1. Mendorong Kita untuk Senantiasa Belajar dan Menuntut Ilmu Dengan menyadari keterbatasan ilmu yang kita miliki, kita akan terdorong untuk terus belajar dan menuntut ilmu. Hal ini sesuai dengan perintah Alquran dan Sunnah yang menekankan pentingnya menuntut ilmu.

Sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat Az-Zumar ayat 9: "Katakanlah: 'Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?' Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran."

Selain itu, Nabi Muhammad SAW juga bersabda, "Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap Muslim laki-laki maupun perempuan."

  1. Menumbuhkan Rasa Syukur dan Kerendahan Hati Dengan menyadari keterbatasan ilmu yang kita miliki, kita akan senantiasa bersyukur kepada Allah SWT atas segala pengetahuan yang telah diberikan-Nya. Hal ini akan menumbuhkan rasa kerendahan hati dan menjauhkan kita dari sifat sombong.

Sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat Luqman ayat 12: "Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada Luqman, yaitu: 'Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.'"

  1. Mengingatkan Kita Akan Keagungan dan Kebesaran Allah SWT Dengan menyadari keterbatasan ilmu yang kita miliki, kita akan semakin menyadari keagungan dan kebesaran Allah SWT. Hal ini akan mendorong kita untuk senantiasa tunduk dan patuh kepada-Nya.

Sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat Al-Baqarah ayat 255: "Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup Kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan apa yang di bumi. Siapakah yang dapat memberi syafaat di sisi-Nya tanpa izin-Nya? Dia mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi-Nya meliputi langit dan bumi. Dan Dia tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Dia Maha Tinggi lagi Maha Besar."

  1. Menumbuhkan Sikap Tawadhu' (Rendah Hati) Dengan menyadari keterbatasan ilmu yang kita miliki, kita akan senantiasa bersikap tawadhu' (rendah hati) dan tidak menyombongkan diri atas ilmu yang kita miliki. Hal ini sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad SAW yang selalu bersikap rendah hati dan mengajarkan umatnya untuk berbuat demikian.

Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW, "Barangsiapa yang merendahkan diri karena Allah, niscaya Allah akan mengangkat derajatnya."

Dari penjelasan di atas, dapat kita simpulkan bahwa keterbatasan ilmu manusia, meskipun seringkali dianggap sebagai suatu kekurangan, namun dalam pandangan Islam, hal ini justru merupakan suatu nikmat yang luar biasa. Keterbatasan ilmu ini dapat mendorong kita untuk senantiasa belajar dan menuntut ilmu, menumbuhkan rasa syukur dan kerendahan hati, serta mengingatkan kita akan keagungan dan kebesaran Allah SWT.

Contoh Penerapan Nikmat Keterbatasan Ilmu dalam Kehidupan

Berikut beberapa contoh penerapan nikmat keterbatasan ilmu dalam kehidupan sehari-hari:

  1. Rendah Hati dalam Berdakwah Seorang dai atau ulama yang menyadari keterbatasan ilmunya, akan senantiasa bersikap rendah hati dalam menyampaikan dakwah. Ia tidak akan menyombongkan diri atau memaksakan pendapatnya, melainkan akan terbuka untuk menerima masukan dan kritik dari orang lain.
  2. Tekun Belajar dan Menuntut Ilmu Seorang pelajar atau mahasiswa yang menyadari keterbatasan ilmunya, akan senantiasa tekun belajar dan menuntut ilmu. Ia tidak akan merasa puas dengan ilmu yang telah dimilikinya, melainkan akan terus berusaha untuk menambah wawasan dan pengetahuannya.
  3. Berhati-hati dalam Memberikan Fatwa atau Nasihat Seorang ulama atau orang yang memiliki pengetahuan agama yang luas, akan berhati-hati dalam memberikan fatwa atau nasihat. Ia akan selalu memeriksa kembali dan memastikan bahwa apa yang disampaikannya sesuai dengan Alquran dan Sunnah, serta tidak menyimpang dari ajaran Islam.
  4. Senantiasa Bersyukur kepada Allah SWT Seorang Muslim yang menyadari keterbatasan ilmunya, akan senantiasa bersyukur kepada Allah SWT atas segala pengetahuan yang telah diberikan-Nya. Ia tidak akan merasa sombong atau membanggakan diri, melainkan akan merendahkan diri di hadapan Allah SWT.
  5. Tidak Menghakimi Orang Lain Seorang Muslim yang menyadari keterbatasan ilmunya, akan lebih berhati-hati dalam menghakimi atau mengkritik orang lain. Ia akan berusaha untuk memahami dan memaafkan kesalahan orang lain, serta tidak tergesa-gesa dalam memberikan penilaian.

Dengan memahami dan menerapkan nikmat keterbatasan ilmu dalam kehidupan sehari-hari, kita akan senantiasa terdorong untuk belajar dan menuntut ilmu, bersikap rendah hati, serta senantiasa mengagungkan kebesaran Allah SWT. Hal ini akan membawa kita pada keberkahan dan kebahagiaan di dunia maupun di akhirat.

Kesimpulan

Alquran dan Sunnah dengan jelas menyatakan bahwa ilmu pengetahuan manusia sangatlah terbatas. Hal ini bukan untuk merendahkan manusia, melainkan untuk mengingatkan kita akan kebesaran dan keagungan Allah SWT, serta mendorong kita untuk senantiasa belajar dan mencari ilmu.

Dalam pandangan Islam, keterbatasan ilmu manusia justru merupakan suatu nikmat yang luar biasa. Hal ini dapat mendorong kita untuk senantiasa belajar

Komentari Tulisan Ini
Tulisan Lainnya
Menyambut Era Artificial Intelligence (AI) di Dunia Pesantren

Mengadaptasi Teknologi Baru untuk Meningkatkan Kualitas Pendidikan Pesantren Dunia pesantren, sebagai salah satu bentuk pendidikan tradisional yang kaya akan warisan budaya dan nilai-n

29/08/2024 14:03 - Oleh Humas Pesantren Amanah - Dilihat 400 kali
Kenapa Tidak Bahagia : Karena Menjadikan Allah tidak Satu-Satunya Pesaing dalam Hati

Dalam kehidupan ini, kita sering kali dihadapkan dengan berbagai tantangan dan godaan yang dapat mengganggu ketenangan hati kita. Terkadang, kita terlalu terfokus pada hal-hal duniawi d

15/08/2024 11:06 - Oleh Humas Pesantren Amanah - Dilihat 682 kali
Memahami Makna Mendalam Salam Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh adalah salam yang sering diucapkan oleh umat Muslim di seluruh dunia. Salam ini tidak hanya sebagai sapaan, tetapi memiliki makna yang sangat

12/08/2024 08:47 - Oleh Humas Pesantren Amanah - Dilihat 427 kali
Membedah Keutamaan Ilmu Menurut Quran dan Sunnah

Ilmu adalah harta yang paling berharga yang dimiliki manusia. Dengan ilmu, manusia dapat memahami alam semesta, mengenali Sang Pencipta, dan menjalankan kehidupan dengan baik. Dalam Isl

01/08/2024 13:56 - Oleh Humas Pesantren Amanah - Dilihat 273 kali
Merenungkan Makna dan Filosofi Shalat Berdasarkan Dalil-Dalil Shahih

Shalat merupakan salah satu pilar utama dalam agama Islam. Sebagai umat Muslim, kita diwajibkan untuk melaksanakan shalat lima waktu setiap hari sebagai manifestasi pengabdian dan ketun

01/08/2024 12:32 - Oleh Humas Pesantren Amanah - Dilihat 306 kali
Mudir Pesantren Amanah Tasikmalaya menghadiri kunjungan Grand Syeikh Al-Azhar di PP Muhammadiyah

Kehadiran mudir Pesantren Amanah beserta Wadir, dan Kepala Sekolah SMP-SMA, serta satu orang wakil dari asatidz ke PP Muhammadiyah (11/07/24) adalah dalam rangka memenuhi undangan PP Mu

12/07/2024 08:49 - Oleh Humas Pesantren Amanah - Dilihat 202 kali
Mensucikan Diri dari Penyakit Hati Menurut Quran dan Sunnah

Setiap manusia pasti memiliki hati, baik itu hati secara fisik maupun hati secara rohani. Hati yang sehat dan bersih merupakan pondasi utama bagi seorang muslim dalam menjalani kehidupa

18/04/2024 06:45 - Oleh Humas Pesantren Amanah - Dilihat 2709 kali
Mencapai Ketenangan Jiwa Melalui Petunjuk Al-Quran

Dalam kehidupan modern yang penuh dengan kesibukan, tuntutan, dan stres, seringkali kita merasa gelisah, cemas, dan kehilangan ketenangan dalam diri. Padahal, ketenangan jiwa merupakan

15/04/2024 07:12 - Oleh Humas Pesantren Amanah - Dilihat 6568 kali
KISAH RAJA ABRAHAH

Pendahuluan Sejarah kekaisaran kuno di Jazirah Arab selalu menarik untuk dibahas. Salah satu sosok yang menarik perhatian adalah Raja Abrahah, seorang penguasa Kerajaan Aksum yang beru

14/04/2024 00:13 - Oleh Humas Pesantren Amanah - Dilihat 2969 kali
Amal Tanpa Ilmu: Mengapa Ia Tertolak Menurut Al-Quran dan Hadits

Dalam perjalanan hidup seorang muslim, melakukan amal saleh adalah kewajiban yang tidak dapat dipisahkan. Kita dianjurkan untuk senantiasa berbuat baik, membantu sesama, dan mendekatkan

05/04/2024 21:44 - Oleh Humas Pesantren Amanah - Dilihat 3289 kali